Posted by : Pebryan
Minggu, 08 Mei 2016
Indonesia memiliki segudang judul
film romansa, mulai dari yang setting sekolah hingga yang ceritanya menyinggung
persoalan rumah tangga, akan tetapi jumlah film cinta-cintaan yang bisa
dikatakan legendaris ataupun punya pasangan yang terbilang ikonik, memang tidak
banyak, jumlahnya akan mengerucut jadi hanya beberapa judul saja, salah-satunya
adalah Ada Apa Dengan Cinta? (2002). Jika di era 70-an akhir kita punya Galih
dan Ratna, lalu ada Ramadan dan Mona di tahun 80-an, generasi milenium kebagian
Rangga dan Cinta. AADC, tidak hanya menjadi salah-satu film yang memicu
bangkitnya perfilman Nasional yang kala itu sedang lesu, tapi juga jadi semacam
patokan bagaimana film bertema cinta dibuat, tidak heran lepas suksesnya AADC,
film-film sejenis pun mulai mengekor. Walau nanti muncul duet Adit dan Tita
yang dimainkan Samuel Rizal dan Shandy Aulia, AADC seperti tidak bisa
tergantikan hingga hari ini, Rangga dan Cinta punya tempatnya sendiri di hati
penontonnya hingga 14 tahun kemudian. Jarang sekali kita punya film Indonesia
yang dipuja dan dicintai seperti AADC, kisah percintaan yang amat sederhana
tapi berhasil melekat kuat dari satu purnama ke purnama berikutnya.
Jadi, apa kabar Rangga dan Cinta
hari ini? Pertanyaan yang kerap muncul setelah mendengar kalau AADC bakal
dibuatkan sekuel, lalu secara otomatis disusul oleh sejuta pertanyaan lain.
Mari lewati perdebatan perlu atau tak perlu AADC dibuat kelanjutannya, karena
bagi mereka yang dibuat “ngegantung” 14 tahun yang lalu, hadirnya sekuel tentu
diharapkan akan menjelaskan banyak hal, selain juga jadi momen pelepas rindu
dan ajang untuk bernostalgia. Sekuel AADC pun kemudian menjadi perlu, bukan
saja untuk memadamkan rasa penasaran yang sudah lama berkobar-kobar, tetapi
juga penyambung tali silaturahmi. AADC 2 jelas membuat banyak wajah terlihat
happy, siapa sih yang tidak senang akan dipertemukan lagi dengan teman lama,
tapi kesenangan tersebut juga diboncengi oleh kegelisahan, ada rasa cemas,
ketakutan kalau ekspektasi yang sudah terlanjur tumbuh tinggi bisa saja
dikecewakan. Saya seperti Rangga di sekuel ini, yang awalnya dipenuhi
ketidakpastian tapi perlahan menemukan senyumnya kembali. AADC 2 memang
bukanlah film yang sempurna, tapi sebagai sekuel, setidaknya Riri Riza mengenal
betul apa yang sedang dibuatnya, dan dia pun tahu caranya bersenang-senang.
Ketidaksempurnaan seolah
bersembunyi, yang tampak kemudian hanyalah film menyenangkan, sebuah sekuel
yang tidak egois dan berambisi ingin lebih unggul dari predesesornya. AADC 2
hanya ingin berbagi kisah yang selama ini dipendam sendiri, tersimpan dalam
kotak kardus, bertumpuk bareng dengan kenangan dan gambar dari masa lalu. Akan
ada yang pahit ketika AADC 2 bercerita, tetapi kisah manisnya punya porsi yang
lebih, dosisnya cukup untuk nantinya membuat kita tersenyum-senyum sendiri,
layaknya Cinta yang tidak bisa menutupi gembiranya bertemu dengan Rangga.
Mereka (akhirnya) dipertemukan di kota Jogja, setelah bertahun-tahun tak saling
berkirim kabar dan menjalani kehidupannya masing-masing, semesta tiba-tiba
memutuskan untuk berkonspirasi menyatukan kedua hati yang selama ini tersesat.
Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra tentunya tidak lagi dicemplungkan dalam
problematika percintaan putih abu-abu, AADC 2 akan menawarkan tontonan romansa
yang jauh lebih dewasa dan kompleks, tapi tetap berusaha untuk tampil sederhana
seperti pendahulunya. Hanya kisah yang berubah, tapi Rangga dan Cinta tetap
sama, 14 tahun seperti baru kemarin.
Awal perjumpaan saya dengan AADC
2 memang tidak mulus, ada canggung pada beberapa menit pertama, seolah saya
pangling lihat Cinta dan gengnya sekarang terlihat sangat beda. Tapi tak butuh
waktu lama untuk saya kemudian terkoneksi dengan karakter yang dimainkan Dian,
Adinia Wirasti, Titi Kamal, Sissy Prescillia dan Dennis Adhiswara, yang
ternyata secara karakter tak banyak berubah, hanya tentunya diperlakukan lebih
dewasa, termasuk Rangga. Hebat ketika berurusan dengan karakter-karakternya,
AADC 2 juga tahu bagaimana merangkum kejadian selama 14 tahun dalam berbagai
bentuk penjelasan, berupa obrolan, surat-surat, dan bahkan foto. Tanpa berusaha
banyak menjelaskan, AADC 2 membiarkan kita untuk menyimpulkan sendiri, agar
durasi pun tak banyak terbuang pada kisah di masa lalu saja. AADC 2 adalah
sebuah nostalgia manis yang membuat kita senang, gemas, haru, gembira dan
merasakan segala macam rasa yang kadang sulit untuk diutarakan dengan kata.
Kisah yang sederhana, percakapan yang apa adanya tapi begitu istimewa dalam
menghantarkan rasa, mengisi hati tak hanya dengan rasa hangat tapi juga
keceriaan yang memuaskan, pertemuan yang sangat berkesan.
Sumber : http://raditherapy.com/2016/05/review-ada-apa-dengan-cinta-2/